Kamis, 25 April 2013

Alasan Kang Solih YALEG di 2014









Wawancara Dengan Kang Solihudin, S.IP (Ketua PK. KNPI Padaherang)

Pemilihan Legislatif beberapa bulan lagi akan segera digelar. Masyarakat tentunya ingin mengetahui Siapakah yang akan menjadi anggota legislative yang akan menyuarakan aspirasi mereka nanti.
Kemudian apa juga yang menjadi visi, dan misi Calon legislatif tersebut. Masyarakat juga akan bertanya-tanya, apakah bisa mensejahterakan rakyat Ciamis?
Pada kesempatan pada saat rakor Unsur Pimpinan kami berhasil melakukan wawancara dengan Solihudin, S.IP, (Ketua PK. KNPI Padaherang) yang diketahui akan ikut berlaga pada PILEG 2014. Berikut petikan wawancara dengan Kang Solih :  

Imat : Apa dasar anda nyalon?

Solihudin : Motivasi dasarnya adalah niat beberes. Pertama, tidak hanya Ciamis, secara makro, kondisi negara kita itu lagi banyak persoalan, banyak masalah, dari mulai tidak adanya dominasi kelompok, dan tidak adanya pemimpin yang bisa diterima semua pihak. Tumpukan persoalan tadi, secara otomatis berimbas ke daerah.
Karena hal itu semua, kaum muda wajib hukumnya, membereskan persoalan negara yang begitu komplek ini. Kondisi negara kita saat ini sama persis dengan Indonesia di awal kemerdekaan. Tidak ada tokoh sentral, tidak ada golongan yang kuat, saling tidak percaya, persoalan kesejahteraan, persoalan kesatuan dan persatuan serta pesoalan hutang.
Salah satu kenapa bangsa kita masih ada saat ini, adalah karena kompaknya elemen muda, merasa terpanggil sehingga turun langsung. Artinya turun langsung di semua sektor. Ketika itu memang sektor politik yang harus diisi, kaum muda berbondong-bondong dipanggil untuk berbuat. Berbuatlah hari ini!
Jadi, itulah momentum yang tepat untuk kaum muda memperbaiki kondisi bangsa. Tahun ini kan tahun politik. Tidak hanya Pilkada, melainkan ada  Pileg, dan Pilpres. Untuk itu, saya juga mengajak kaum muda yang ada dimanapun, dengan latarbelakang apapun, untuk mengisi sektor-sektor yang dianggap masih memiliki titik rapuh.
Kalau titik rapuhnya ada di politik, ya turun di politik. Kalau titik rapuhnya ada di ekonomi, ya turunlah di sektor ekonomi. Begitu juga dengan sektor-sektor yang lainnya. Saya berkeyakinan, semangat ini adalah semangat kolektif. Dan saya melihat sektor ekonomi, politik dan lainnya hari ini mulai diisi oleh kelompok-kelompok kaum muda.
Terus, kenapa harus kaum muda? Karena pemuda memiliki empat domain dasar, pertama pemuda itu punya emosi. Emosi ini penting, karena emosi inilah yang mendorong pemuda untuk berbuat mengejar sesuatu.
Kedua stamina, punya emosi nggak punya stamina, leklok nu aya. Punya stamina nggak punya emosi, ya ngahuleng. Ketiga, pemuda memiliki nilai idealisme. Dan keempat, pemuda punya ketulusan. Saya yakin jika karakter pemudanya normal, ketika dia bergerak dia pasti tulus. Makanya saya turun. Ini psikologis, bukan pandangan saya. Artinya pemuda bergerak itu tulus, Hasan Al Bana yang ngomong, bukan saya (Solihudin).
Soalnya, kenapa saya atau pemuda harus turun, alasannya karena menurut Hasan Al Bana, pemuda memiliki empat hal yang tadi. Dan motivasi ini bukan lagi asal-asalan atau iseng-iseng. Saya berpandangan dan memaknai keterpanggilan itu sebagai hukum yang wajib.

Imat : Pertimbangan anda menerobos dominasi tokoh tua? 

SOLIHUDIN : Saya makin meyakini, selain pandangan saya soal hukumnya yang wajib, tapi momentum juga mendukung. Alasan lainnya, karena kaum muda dan kaum tua tentunya memiliki orientasi dan prinsip yang berbeda dalam hal ini.
Terus juga secara mekanisme, kalau estafeta itu diibaratkan seperti orang lari estafet, itukan tidak diberikan dengan secara “dibakian”, tapi memang harus ada aspek merebut. Makanya, regenerasi atau estafeta itu, konteknya bukan orang tua na hideng mikeun kanu ngora, tapi juga harus ada inisiatif, pemudanya juga mau muncul. Kalau pemudanya tidak mau muncul mah, jangankan merebut, dibere ge, kolot pasti bingung, mikeunna kasaha.
Dalam kontek itulah saya berani muncul. Syukur kalau estafeta itu diberikan secara kelegowoan mereka, kalaupun tidak ya kita rebut. Itu hal yang menurut saya semuanya adalah normal-normal saja, karena dimanapun bisa terjadi.
Kalau kemudian kemunculan saya ini dikomentari orang sebagai sesutau yang terbilang berani, saya terimakasih. Saya tekankan, munculnya saya dalam PILEG 2014, ini adalah memang aspek keberanian, bukan aspek nekat. Berani dan nekat itu bagi saya beda. Berani itu pake hitungan, nekat itu tidak pake hitungan.

Imat : Strateginya? 

SOLIHUDIN : Saya pikir, jawaban singkatnya insyalloh segala sesuatunya sudah kita rancang. Yang terpenting, strategi yang akan saya lakukan adalah membuka komunikasi yang baik dengan berbagai elemen, termasuk dengan tokoh-tokoh tua. Apalagi budaya kita adalah sunda, hade ku omong, goreng ku omong.
Saya sekarang sedang melakukannya. Kita berkomunikasi dengan para tokoh tua. Dan dari orang-orang (tokoh-tokoh) tua yang saya datangi, apresiasi terhadap wacana munculnya kaum muda dalam PILEG 2014, seluruhnya positif.
Strateginya tadi, melakukan dan membuka komunikasi, baik itu komunikasi politik, komunikasi humanis, komunikasi fatsoen, dan lain sebagainya. Dan setelah saya melakukan itu, kepada semua kalangan, responnya juga positif.

Imat : Cara agar masyarakat memilih anda? 

SOLIHUDIN : Saya melihat begini. Ini ada momentum besar. Dan itu juga yang menambah keyakinan saya kenapa pemuda harus berani tampil. Dengan diresmikannya DOB Kabupaten Pangandaran. Kita memiliki momentum untuk me-redesain RPJP dan RPJM Kab. Pangandaran 5, 10 15 dan 25 tahun kedepan.
Begitu juga dengan orientasi Pangandaran kedepan juga pasti akan berbeda. Kita punya laut. Dan kalau kita lihat pada Pangandaran dalam angka, itu potensinya hampir semuanya ada di wilayah selatan. Tahun-tahun sebelum hari ini, hampir seluruh stakeholder pembangunan di Ciamis menyatakan potensi Ciamis adalah Pangandaran, meliputi sumber daya alamnya, wisatanya, pospat, posfor dan lainnya.
Kedepan, yang harus pertama kali harus dieksploitasi adalah budayanya. Alasannya, karena hampir semua daerah, negara maju dan berkembang, yang terlebih dahulu dikembangkan adalah budayanya.
Contohnya, Andora, negara kecil dekat Prancis. Malah jika dikaitkan dengan prasyarat negara berdiri, Andora itu belum memenuhi syarat, karena Andora tidak memiliki angkatan bersenjata. Tapi sudah 85 tahun penduduk Andora tidak pernah bertengkar, apalagi berperang. Karena budayanya. Andora mengaplikasikan nilai-nilai kearifan lokal menjadi sebuah bentuk tata nilai masyarakat. Alhasil, saat ini Andora banyak dikunjungi orang dari berbagai pelosok.

Imat : Soal Biaya Nyalon, sudah siap? 

SOLIHUDIN : Bukan sudah siap, tapi harus siap. Karena ini semua harus “dibeli” (dalam tanda petik). Dibeli itukan bisa dengan konsep matang kita, ketika akhirnya masyarakat bisa percaya, bisa dengan pragmatisme juga. Tapi pada prinsipnya, saya tahu bahwa dalam PILEG  itu memang membutuhkan biaya besar.