Wawancara Dengan Kang Solihudin, S.IP
(Ketua PK. KNPI Padaherang)
Pemilihan Legislatif beberapa bulan
lagi akan segera digelar. Masyarakat tentunya ingin mengetahui Siapakah yang
akan menjadi anggota legislative yang akan menyuarakan aspirasi mereka nanti.
Kemudian apa juga yang menjadi visi,
dan misi Calon legislatif tersebut. Masyarakat juga akan bertanya-tanya, apakah
bisa mensejahterakan rakyat Ciamis?
Pada kesempatan pada saat rakor Unsur
Pimpinan kami berhasil melakukan wawancara dengan Solihudin, S.IP, (Ketua PK. KNPI
Padaherang) yang diketahui akan ikut berlaga pada PILEG 2014. Berikut
petikan wawancara dengan Kang Solih :
Imat : Apa dasar anda nyalon?
Solihudin : Motivasi
dasarnya adalah niat beberes. Pertama, tidak hanya Ciamis, secara makro,
kondisi negara kita itu lagi banyak persoalan, banyak masalah, dari mulai tidak
adanya dominasi kelompok, dan tidak adanya pemimpin yang bisa diterima semua
pihak. Tumpukan persoalan tadi, secara otomatis berimbas ke daerah.
Karena hal itu semua, kaum muda wajib
hukumnya, membereskan persoalan negara yang begitu komplek ini. Kondisi negara
kita saat ini sama persis dengan Indonesia di awal kemerdekaan. Tidak ada tokoh
sentral, tidak ada golongan yang kuat, saling tidak percaya, persoalan
kesejahteraan, persoalan kesatuan dan persatuan serta pesoalan hutang.
Salah satu kenapa bangsa kita masih
ada saat ini, adalah karena kompaknya elemen muda, merasa terpanggil sehingga
turun langsung. Artinya turun langsung di semua sektor. Ketika itu memang
sektor politik yang harus diisi, kaum muda berbondong-bondong dipanggil untuk
berbuat. Berbuatlah hari ini!
Jadi, itulah momentum yang tepat
untuk kaum muda memperbaiki kondisi bangsa. Tahun ini kan tahun politik.
Tidak hanya Pilkada, melainkan ada Pileg, dan Pilpres. Untuk itu, saya juga
mengajak kaum muda yang ada dimanapun, dengan latarbelakang apapun, untuk
mengisi sektor-sektor yang dianggap masih memiliki titik rapuh.
Kalau titik rapuhnya ada di politik,
ya turun di politik. Kalau titik rapuhnya ada di ekonomi, ya turunlah di sektor
ekonomi. Begitu juga dengan sektor-sektor yang lainnya. Saya berkeyakinan,
semangat ini adalah semangat kolektif. Dan saya melihat sektor ekonomi, politik
dan lainnya hari ini mulai diisi oleh kelompok-kelompok kaum muda.
Terus, kenapa harus kaum muda? Karena
pemuda memiliki empat domain dasar, pertama pemuda itu punya emosi. Emosi ini
penting, karena emosi inilah yang mendorong pemuda untuk berbuat mengejar
sesuatu.
Kedua stamina, punya emosi nggak
punya stamina, leklok nu aya. Punya stamina nggak punya emosi, ya
ngahuleng. Ketiga, pemuda memiliki nilai idealisme. Dan keempat, pemuda
punya ketulusan. Saya yakin jika karakter pemudanya normal, ketika dia bergerak
dia pasti tulus. Makanya saya turun. Ini psikologis, bukan pandangan saya.
Artinya pemuda bergerak itu tulus, Hasan Al Bana yang ngomong, bukan saya
(Solihudin).
Soalnya, kenapa saya atau pemuda
harus turun, alasannya karena menurut Hasan Al Bana, pemuda memiliki empat hal
yang tadi. Dan motivasi ini bukan lagi asal-asalan atau iseng-iseng. Saya
berpandangan dan memaknai keterpanggilan itu sebagai hukum yang wajib.
Imat : Pertimbangan anda menerobos
dominasi tokoh tua?
SOLIHUDIN : Saya makin meyakini, selain pandangan saya
soal hukumnya yang wajib, tapi momentum juga mendukung. Alasan lainnya, karena
kaum muda dan kaum tua tentunya memiliki orientasi dan prinsip yang berbeda
dalam hal ini.
Terus juga secara mekanisme, kalau
estafeta itu diibaratkan seperti orang lari estafet, itukan tidak diberikan
dengan secara “dibakian”, tapi memang harus ada aspek merebut. Makanya,
regenerasi atau estafeta itu, konteknya bukan orang tua na hideng mikeun
kanu ngora, tapi juga harus ada inisiatif, pemudanya juga mau muncul. Kalau
pemudanya tidak mau muncul mah, jangankan merebut, dibere ge, kolot
pasti bingung, mikeunna kasaha.
Dalam kontek itulah saya berani
muncul. Syukur kalau estafeta itu diberikan secara kelegowoan mereka, kalaupun
tidak ya kita rebut. Itu hal yang menurut saya semuanya adalah normal-normal
saja, karena dimanapun bisa terjadi.
Kalau kemudian kemunculan saya ini
dikomentari orang sebagai sesutau yang terbilang berani, saya terimakasih. Saya
tekankan, munculnya saya dalam PILEG 2014, ini adalah memang aspek keberanian,
bukan aspek nekat. Berani dan nekat itu bagi saya beda. Berani itu pake
hitungan, nekat itu tidak pake hitungan.
Imat : Strateginya?
SOLIHUDIN : Saya pikir, jawaban singkatnya insyalloh
segala sesuatunya sudah kita rancang. Yang terpenting, strategi yang akan saya
lakukan adalah membuka komunikasi yang baik dengan berbagai elemen, termasuk
dengan tokoh-tokoh tua. Apalagi budaya kita adalah sunda, hade ku omong,
goreng ku omong.
Saya sekarang sedang melakukannya.
Kita berkomunikasi dengan para tokoh tua. Dan dari orang-orang (tokoh-tokoh)
tua yang saya datangi, apresiasi terhadap wacana munculnya kaum muda dalam PILEG
2014, seluruhnya positif.
Strateginya tadi, melakukan dan
membuka komunikasi, baik itu komunikasi politik, komunikasi humanis, komunikasi
fatsoen, dan lain sebagainya. Dan setelah saya melakukan itu, kepada semua
kalangan, responnya juga positif.
Imat : Cara agar masyarakat memilih
anda?
SOLIHUDIN : Saya melihat begini. Ini ada momentum besar.
Dan itu juga yang menambah keyakinan saya kenapa pemuda harus berani tampil.
Dengan diresmikannya DOB Kabupaten Pangandaran. Kita memiliki momentum untuk
me-redesain RPJP dan RPJM Kab. Pangandaran 5, 10 15 dan 25 tahun kedepan.
Begitu juga dengan orientasi Pangandaran
kedepan juga pasti akan berbeda. Kita punya laut. Dan kalau kita lihat pada Pangandaran
dalam angka, itu potensinya hampir semuanya ada di wilayah selatan. Tahun-tahun
sebelum hari ini, hampir seluruh stakeholder pembangunan di Ciamis menyatakan
potensi Ciamis adalah Pangandaran, meliputi sumber daya alamnya, wisatanya,
pospat, posfor dan lainnya.
Kedepan, yang harus pertama kali
harus dieksploitasi adalah budayanya. Alasannya, karena hampir semua daerah,
negara maju dan berkembang, yang terlebih dahulu dikembangkan adalah budayanya.
Contohnya, Andora, negara kecil dekat
Prancis. Malah jika dikaitkan dengan prasyarat negara berdiri, Andora itu belum
memenuhi syarat, karena Andora tidak memiliki angkatan bersenjata. Tapi sudah
85 tahun penduduk Andora tidak pernah bertengkar, apalagi berperang. Karena
budayanya. Andora mengaplikasikan nilai-nilai kearifan lokal menjadi sebuah
bentuk tata nilai masyarakat. Alhasil, saat ini Andora banyak dikunjungi orang
dari berbagai pelosok.
Imat : Soal Biaya Nyalon,
sudah siap?
SOLIHUDIN : Bukan sudah siap, tapi harus siap. Karena ini
semua harus “dibeli” (dalam tanda petik). Dibeli itukan bisa dengan konsep
matang kita, ketika akhirnya masyarakat bisa percaya, bisa dengan pragmatisme
juga. Tapi pada prinsipnya, saya tahu bahwa dalam PILEG itu memang membutuhkan biaya besar.